- Di Ketuai Agus Suhadi DKC Garda Prabowo Bontang Terbentuk
- Gelar Gelar World Cleanup Day 2024, Pemerintah Harap Ini Menjadi Aksi Global Cleanup Day 2024
- Budaya Korupsi Yang Mengakar
- Dispopar Siapkan Program Peningkatan Pariwisata Bontang di 2024
- Wali Kota Bontang Terima Satu Unit Mini Excavator dari Bankaltimtara
- Tingkatkan Budaya Literasi,Walikota Bontang apresiasi Talkshow Membaca Menulis
- Walikota Bontang Lepas 50 Peserta FASI XII Tingkat Provinsi di Berau
- Buka Pelatihan TTG, Wali Kota Harap Menjadi Peluang Emas Ciptakan Inovasi
- Kadis Kominfo Bontang Buka Pelatihan Peliputan Pemilu dan Cek Fakta
- Bantu Atasi Permasalahan Narkoba, Dispopar Bontang Bakal Bentuk Kader dari Setiap Kelurahan
Ratusan Nyawa Melayang Akibat Kudeta Militer Myanmar
Keterangan Gambar : Junta militer Myanmar Dalam Aksi Pembantaian Anti-Kudeta (Doc. Google.com)
NEWSBONTANG.COM -
Sejak kudeta militer, total ada 320 korban meninggal dunia akibat tembakan peluru
pasukan keamanan Myanmar terhadap demonstran anti-kudeta di berbagai unjuk
rasa, Sabtu (27/3).
Hampir 90 persen korban ditembak mati dan 25 persen
antaranya tepat mengenai bagian kepala. Mereka sengaja menjadi target
pembunuhan.
Tak hanya berhenti disitu, 3 ribu demonstran ditangkap
dan dihukum sejak awal kudeta militer, 1 Februari 2021.
Baca Lainnya :
- Raja Salman Disuntik Vaksin Corona Pfizer-BioNTech0
- Sejumlah Politikus Partai Republik Sebut Trump Harus Dicopot0
- Israel Akan Mendaratkan Pesawat Luar Angkasa di Bulan Tahun 20240
- Bom Perang Dunia 2 di Jerman Dijinakkan, 13 Ribu Warga Dievakuasi0
Angka tersebut dilaporkan oleh kelompok advokasi
non-profit bernama Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) dan
media-media lokal Myanmar, dilansir dalam unggahan Reuters.
"Kejahatan kemanusiaan dilakukan setiap hari"
tegas AAPP.
Data AAPP menyebut, nyaris 90 persen korban tewas
berjenis kelamin laki-laki. Sekitar 36 persen korban tewas berusia 24 tahun ke
bawah.
Korban tewas paling muda berusia 7 tahun dan bernama
Khin Myo Chit, yang tewas usai ditembak di kepala pada Selasa (23/3) waktu
setempat di kota Mandalay. Dia sedang berada di rumahnya bersama sang ayah saat
ditembak mati.
Sementara korban tewas paling tua berusia 78 tahun dan
bernama Win Kyi, yang tewas bersama 50 orang lainnya di distrik Hlaing Thayar,
Yangon, pada 14 Maret lalu.
Dalam laporan Amnesty International mengatakan, pasukan
keamanan militer mengarahkan tembakannya pada para demonstran agar para
demonstran berhenti berunjuk rasa.
"Semuanya mengarah pada pasukan yang mengadopsi
taktik menembak untuk membunuh demi menekan unjuk rasa," Pungkas Amnesty
International.
Secara terpisah, juru bicara junta militer Myanmar
menyebut 164 demonstran tewas dalam unjuk rasa sejak kudeta, Selasa (23/3).
Disebutkan juga bahwa sembilan anggota pasukan keamanan
Myanmar tewas saat menghadapi para demonstran.
Pembunuhan demonstran di Myanmar memicu kemarahan dan
menuai sanksi dari negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat (AS).
Penggunaan kekuatan mematikan terhadap warga sipil juga menuai kecaman dari
beberapa negara Asia Tenggara.
Namun, junta militer Myanmar membantah telah menggunakan
kekerasan berlebihan dan menegaskan tindakannya mematuhi norma internasional
dalam menghadapi situasi yang disebutnya sebagai ancaman bagi keamanan
nasional.
Baik data AAPP maupun laporan junta militer Myanmar
belum bisa diverifikasi secara independen oleh Reuters. (Internasional/NB)