- Budaya Korupsi Yang Mengakar
- Dispopar Siapkan Program Peningkatan Pariwisata Bontang di 2024
- Wali Kota Bontang Terima Satu Unit Mini Excavator dari Bankaltimtara
- Tingkatkan Budaya Literasi,Walikota Bontang apresiasi Talkshow Membaca Menulis
- Walikota Bontang Lepas 50 Peserta FASI XII Tingkat Provinsi di Berau
- Buka Pelatihan TTG, Wali Kota Harap Menjadi Peluang Emas Ciptakan Inovasi
- Kadis Kominfo Bontang Buka Pelatihan Peliputan Pemilu dan Cek Fakta
- Bantu Atasi Permasalahan Narkoba, Dispopar Bontang Bakal Bentuk Kader dari Setiap Kelurahan
- Tingkatkan Perekaman KIA, Disdukcapil Bontang Gencarkan Sosialisasi dan Jemput Bola ke Masyarakat
- Pemkot Bontang Gelar Malam Penghargaan Kepada Seluruh Instansi
Sekolah Swasta di Bontang Terancam Tutup
Keterangan Gambar : Ketua Asosiasi Sekolah Swasta (ASTA) Rakim, saat menghadiri RDP bersama DPRD Bontang, Gedung DPRD Bontang, jalan Moeh Roem, Bontang Lestari, Senin (5/7/2021). (Doc. Ist)
NEWSBONTANG.COM – Sejumlah perwakilan
organisasi Asosiasi Sekolah Swasta (ASTA),
mengadukan keresahan yang dialami sekolah swasta di
Bontang yang sedang dilanda masa sulit, dalam kurun waktu empat tahun
belakangan ini.
Guru-guru
kini terancam menganggur. Sekolah tidak mendapatkan kuota maksimal yang sesuai
dengan target. Karena orang tua sangat kecil minatnya untuk menyekolahkan
anaknya di sekolah swasta.
Parahnya,
hingga saat ini pihak sekolah juga belum dapat memberikan insentif kepada guru.
Baca Lainnya :
- Program Baru Basri-Najirah Belum Bisa Terealisasi Tahun Ini0
- Bontang Tak Dapat Jatah Urus SIM Gratis di HUT Bhayangkara ke 750
- Basri Optimis Program Penanggulangan Banjir Berjalan Tahun Ini0
- 14 Nama Dari Bontang Siap Tarung Dalam Ajang Pemilihan Pemuda Pelopor dan Prestasi0
- Pusdiklat Paskibraka Diundur, Kabid Pemuda : Covid-19 Semakin Mengkhawatirkan0
Ketua
Asosiasi Sekolah Swasta (ASTA) Rakim, menjelaskan persoalan kekurangan siswa
sebenarnya sudah muncul sejak tahun 2017 silam, bertepatan dengan program
zonasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Melalui
program itu, kebanyakan siswa akhirnya ditempatkan di sekolah negeri yang
berada dalam zona kelurahan masing-masing. Apalagi, penambahan rombongan
belajar (Rombel) muncul di setiap sekolah negeri.
Belum
lagi, pandemi Covid-19 yang membuat sekolah swasta kurang diminati beberapa orang
tua murid.
"Peminatnya
itu terus berkurang, bahkan satu sekolah itu sudah cukup banyak kalau sampai 35
orang," kata Rakim ditemui usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama DPRD,
di Gedung DPRD Bontang, jalan Moeh Roem, Bontang Lestari, Senin (5/7/2021).
Tak
hanya itu, juga terungkap fakta, baru-baru ini masih ada sekolah negeri yang
tak patuh dengan kesepakatan, mengambil calon murid di detik-detik terakhir
penutupan PPDB.
Sehingga,
siswa yang seharusnya sudah masuk. Harus kembali menarik berkas karena lolos di sekolah negeri. Yang sebelumnya hanya masuk dalam
daftar cadangan sekolah negeri.
"Setelah
pendaftaran online selesai, mereka buat pendaftaran offline. Padahal waktu
pendaftaran sudah habis. Jadi mereka telepon murid yang sudah masuk di
swasta," imbuhnya.
Selain
kurangnya peminat, ia mengatakan di tahun 2017 persoalan finansial juga menimpa
hampir seluruh sekolah swasta yang ada di Bontang.
Pasalnya,
di tahun 2017, kewenangan sekolah SMA sederajat digeser ke provinsi. Hasilnya,
untuk insentif guru dan bantuan keuangan (Bankeu) lainnya pun mulai berkurang.
Hingga
di tahun 2020, Bankeu bahkan dihapuskan. Alasannya, tak ada payung hukum untuk
kelanjutan program tersebut.
"Bisa
masuk di dana hibah, tapi dana hibah itu perlu dua tahun. Kan gak mungkin kita
berikan insentif hanya dua tahun sekali," terangnya.
"Beberapa
sekolah sudah mati. Gurunya sudah keluar. Beberapa murid hanya menggantungkan
harapan," sambungnya.
Saat
ini solusi tersebut belum juga menemui titik terang dari Dinas Pendidikan
Provinsi Kaltim.
Menanggapi
hal itu, Kepala Wilayah II Dinas Provinsi Kalimantan Timur Asmadi, menuturkan,
alasan beberapa guru yang belum mendapatkan insentif, karena masa kerjanya yang
belum mencukupi.
Ia
menjelaskan untuk Bankeu di tahun 2017-2019, pemberian insentif itu dianggarkan
dari dana hibah Provinsi ke Pemerintah Kota, melalui nota kesepahaman dengan
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD).
"Nah
di tahun 2020 itu, kita tidak tau kenapa kok berubah, sehingga tidak bisa lagi
di Mou kan," katanya.
Namun,
pihaknya akan kembali mendiskusikan dengan pemangku kebijakan, untuk mengatur
anggaran yang bisa digunakan. Sehingga, Bankeu untuk sekolah swasta bisa kembali
stabil.
"Karena tidak bisa dipungkiri, sekolah swasta ini
juga berperan penting. Bahkan muridnya banyak yang masuk di perguruan tinggi
yang bergengsi. Selain itu cetakan sumber daya manusianya juga
berkualitas," tutupnya. (Ryn/NB)